Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pendekatan "KODRAT ANAK"; Pendidikan yang Memanusiakan Manusia

Mengawali tulisan ini saya ingin menyampaikan tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, Bahwa tujuan pendidikan adalah "Menuntun segala Kodrat yang ada pada anak, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik hanya dapat menuntun tumbuh dan hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kecerdasan kodrat anak".

Kodrat anak, sebagaimana yang dimaksud dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat diartikan sebagai Potensi Diri yang dimiliki oleh seorang anak, seperti potensi berpikir, potensi emosi dan potensi pisik. Oleh Ki Hajar Dewantara disebut sebagai Budi pekerti yaitu perpaduan antara cipta (kognitif), karsa (apektif) dan karya (psikomotor). Potensi diri ini adalah Anugerah dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia, kepada setiap anak yang berbeda antara anak yang satu dengan lainnya yang merupakan karakteristik yang unik bagi setiap anak tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Potensi adalah kemampuan, kekuatan, daya atau kesanggupan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan sedangkan diri adalah orang atau seseorang yang terpisah dari yang lainnya.  Maka dalam konteks ini Potensi diri pada anak dapat kita artikan sebagai kemampuan, kekuatan, daya dan kesanggupan yang dimiliki oleh seorang anak berupa kemampuan kognitif, apektif dan psikomotor yang memungkinkan untuk dikembangkan.

Menjadi tugas guru atau pendidik untuk mengembangkan potensi diri yang dimiliki seorang anak. Dalam usaha itu, seorang pendidik perlu memahami potensi diri yang dimiliki oleh masing-masing anak. Sebagaimana diuraikan di awal bahwa potensi diri anak tersebut berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya, yang menandakan sebagai karakteristik yang unik dari diri anak tersebut.

Olehnya itu praktik pendidikan atau pembelajaran yang sesuai adalah praktik pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan "Kodrat Anak", atau lebih dikenal dengan pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik. Maka sangat penting seorang pendidik memahami karakteristik potensi diri setiap anak sehingga dalam proses menuntun anak seperti melakukan pembelajaran dan penbimbingan akan berbeda antara anak yang satu dengan anal yang lainnya.

Seorang anak yang memiliki potensi diri dibidang musik difasilitasi dengan alat musik, diarahkan untuk mengikuti kegiatan atau lomba-lomba yang dapat mengembangkan bakat atau potensi dirinya dibidang musik. Demikian pula dengan anak yang memiliki potensi diri dibidang olahraga, matematika, fisika, kimia, biologi atau bidang sosial diberikan bimbingan dan pengajaran yang spesifik sebagaimana bakat atau potensi diri masing-masing.

Kemampuan anak dalam menerima pelajaran di kelas juga berbeda, maka dalam praktik pembelajaran di kelas, pendidik dapat menggunakan strategi atau metode pembelajaran yang mengakomodir gaya belajar masing-masing anak. Sehingga tidak ada anak yang tertinggal atau merasa tidak mampu mengikuti pembelajaran sebagai akibat penggunaan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan gaya belajarnya. Demikian pula dalam hal pemberian tugas-tugas mandiri, perlu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak. Termasuk dalam hal pengumpulan tugas tersebut diberikan kebebasan kepada anak sesuai dengan kemampuan dan kesempatan masing-masing anak, tentu dengan tetap memerhatikan rambu-rambu pada kurikulum sekolah.

Proses "menuntun kodrat anak", membelajarkan atau membimbing anak sesuai dengan karakteristik potensi diri masing-masing adalah proses pendidikan yang memanusiakan manusia. Anak akan berkembang sesuai dengan kodrat masing-masing, anak akan menemukan kemerdekaannya dalam belajar untuk mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai manusia dan sebagai masyarakat. Sebagaimana tujuan pendidikan Ki Hajar Dewantara.

1 komentar untuk "Pendekatan "KODRAT ANAK"; Pendidikan yang Memanusiakan Manusia"

Unknown Minggu, 18 April, 2021 Hapus Komentar
Sungguh menginpirasi, selama ini memang kita sudah terlanjur mendidik degan cara yang kurang tepat. Tulisan ini bisa menjadi inspirasi kita semua